Saturday, September 13, 2008

Jogja Hujan

Dipuncak Musim Kemarau, Jogja Sabtu (13/9) Dilanda Hujan. Talkshow Di masjid UGM pun kacau balau.

Pesantren Waria Jogja.

Waria Juga Manusia. Berhak Beriman dan Beribadah pada Allah Swt. Sayang, tak semua orang bersedia memberi tempat.

Monday, August 18, 2008

Saturday, July 19, 2008

Butuh Translate Bahasa Asing ?

Bingung untuk mentranslate naskah bahasa India ke bahasa lain ? sekarang telah hadir satu jA penterjemahan bahaa India yang bisa mentranslate bahasa India ke bahasa lain. informasinya bisa menyimak dari situs www.iaflindia.com yang dapat membantu untuk menterjemahkan anskah india yang kita punya.

Jasa terjemahan IAFL merupakan agen terjemahan terkemuka. Mereka melayani sampai 95% emails yang masuk kurang dari 1 jam sejak email diterima. Lembaga ini berkantor di New Delhi, India dan melayani terjemahan dalam bahasa India (http://http://www.iaflindia.com/Indian_translations.html ), Arab (http://http://www.iaflindia.com/arabic_translation.html, Persia ( http://http://www.iaflindia.com/arabic_translation.html )dan bahasa Inggris.

Mereka juga menerima pesanan terjemahan melalui email, FTP, etc. Sebgain besar perusahaan global telah mengenal perusahaan ini. Bahkan sepertinya perusahaan ini merupakan perusahaan terbesar dalam hal layanan terjemahan.

Wednesday, June 04, 2008

GUSDUR: LAWAN SKB AHMADIYAH.

JAKARTA, KAMIS - Mengaku sebagai seorang yang memprioritaskan kesatuan bangsa, mantan presiden RI dan Ketua PBNU KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengatakan akan menentang dengan keras jika pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) mengenai pembubaran Ahmadiyah.

Menurut Gus Dur, justru yang harus dibubarkan adalah organisasi-organisasi yang jelas-jelas mengganggu aturan hukum, seperti Front Pembela Islam (FPI) dan Laskar Komando Islam (LKI). "Akan saya tentang di pengadilan. Nggak usah kuatir. Kita di pihak yang benar kok. Nggak boleh ada organisasi dibubarkan di Indonesia kalau tidak menjalankan kesalahan-kesalahan seperti FPI dan LKI," ujar Gus Dur di Jakarta, Kamis (5/6).

Bagi Gus Dur, Ahmadiyah jelas-jelas tidak pernah melakukan pelanggaran jadi tidak masuk akal jika harus dibubarkan karena hanya disebutkan sesat berdasarkan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). "MUI itu yang harus dibubarkan karena tersesat," tandas Gus Dur.

Tuesday, June 03, 2008

Lidah Habib Tak Bertulang.

Sehari sebelumnya secara lantang Habib RiziEq mengatakan tak akan MENYERAHKAN SATU LASKAR PUN SEBELUM AHMADIYAH DIBUBARKAN. Tetapi..nyatanya FPI ditangkap polisi seperti kucing masuk air. Tanpa Perlawanan!! Emang Lidah tak bertulang. !! He..he...

Habib Rizieq Dibawa ke Mapolda

Liputan6.com, Jakarta: Pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq akhirnya ditangkap untuk dibawa ke Markas Kepolisian Daerah Metro Jaya Jakarta. Habib Rizieq meminta kepada anggota FPI untuk tetap tenang. "Jangan ada yang sampai terprovokasi pihak ketiga yang memunculkan isu-isu yang tidak benar," ungkap Habib Rizieq.

Habib Rizieq juga mengatakan, berniat untuk mendampingi para anggota FPI yang telah dijadikan tersangka terkait insiden di Monumen Nasional pada 1 Juni lalu. "Untuk melihat dan memastikan kalau proses pemeriksaan tersebut berjalan baik, benar, dan sesuai prosedur," kata Habib Rizieq sambil meminta anggota FPI bertakbir.(JUM/Tim Liputan 6 SCTV)

Monday, June 02, 2008

Sekedar Renungan... ( Pemuka FPI Surabaya Murtad )

Masih berkait soal rame-rame FPI , iseng-iseng saya searching video FPI di Youtube. Ada seorang member yang melansir sebuah video tentang murtadnya seorang pemuka FPI Surabaya yang murtad ke Kristen dan menerima Yesus. Penasaran ? simak aja di :
1. http://www.youtube.com/watch?v=Yp1K7IBdNdk

Sunday, June 01, 2008

Gus Dur : Bubarkan FPI !

Mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid alias Gus dur mengencam tindakan penyerangan massa FPI terhadap kelompok Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKK-BB) yang berunjuk rasa di Monas, Minggu (01/06). Selain mendesak aparat menangkap pelaku, Gus Dur juga mengancam akan membubarkan organisasi pimpinan Habib Rizieq Shihab tersebut.

Sikap tegas itu dikemukakan Gus Dur usai mengikuti diskusi hari kelahiran Pancasila di kantor pusat PBNU, Jakarta, Minggu (01/05)

Dalam pandangannya Gus Dur mengatakan, gerakan radikal dan anarkis tidak bisa di tolerir di negara hukum dan hanya bisa dicegah lewat ketegasan dan sikap berani pemerintah. Tanpa keberanian, ia yakin kelompok-kelompok radikal justru semakin berani mempertontonkan radikalisme mereka.

Aksi penyerangan massa FPI terhadap kelompok AKK-BB terjadi sekitar pukul 13:00 WIB, saat massa AKK-BB mengelar aksi unjuk rasa di sekitar Monas. Dalam aksi ini 12 orang mengalami luka-luka dan dilarikan ke RS Mitra International Jatinegara, RSPAD dan RS Tarakan. Gus dur sendiri luput dari aksi anarkis itu karena mendapat telepon dari istrinya, Sinta Nuriyah, untuk membatalkan rencanannya menghadiri acara tersebut.

Kebinekaan Dicederai

Kekerasan yang dilakukan massa beratribut Front Pembela Islam dan beberapa organisasi masyarakat lain terhadap anggota Aliansi Kebangssan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan pada peringatan hari kelahiran Pancasila, Minggu (1/6), di kawasan Monumen Nasional, Jakarta, mencederai kehidupan kebangsaan di Indonesia yang menjunjung tinggi kebhinnekaan.

Oleh karena itu, aksi kekerasan tersebut harus diusut oleh kepolisian dan pelakunya dikenai sanksi hukum.

Pendapat yang disuarakan oleh wartawan senior Goenawan Mohamad yang turut serta dalam Aliansi Kebangssan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB), juga disuarakan tokoh politik, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pihak-pihak yang terkena aksi kekerasan massa yang beratribut Front Pembela Islam (FPI). Antara lain, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin, Ketua Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa, yang juga mantan Presiden, Abdurrahman Wahid, Ketua Dewan Pertimbangan DPP PDI Perjuangan Taufiq Kiemas, Direktur Eksekutif The Wahid Institute Achmad Suaedi, Ketua Fraksi Kebangkitan Bangsa DPR A Effendy Choirie, dan Ketua DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum.

Tindakan kekerasan yang dilakukan massa FPI itu dianggap ironis karena dilakukan terhadap anggota AKKBB pada peringatan hari kelahiran Pancasila yang seharusnya menjadi landasan pemersatu seluruh komponen bangsa.

Aksi kekerasan yang dilakukan massa FPI itu mengakibatkan peringatan hari kelahiran Pancasila yang sedianya dilakukan AKKBB di kawasan Monumen Nasional (Monas) itu akhirnya bubar. Pada saat yang sama, dua kelompok massa, yaitu Front Perjuangan Rakyat dan Hizbut Tahrir Indonesia berunjuk rasa di depan Istana Merdeka, menuntut agar keputusan kenaikan harga bahan bakar minyak dibatalkan.

Menanggapi aksi kekerasan yang dilakukan massa FPI terhadap AKKBB, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan, aksi kekerasan itu merupakan peristiwa yang memprihatinkan dan bertentangan dengan nilai Islam. Perbedaan pendapat di kalangan masyarakat, tidak harus diselesaikan dengan main hakim sendiri. Sudah saat bangsa ini menghilangkan setiap aksi kekerasan yang mengatasnamakan Islam.

”Saya mengharapkan segenap pihak untuk menahan diri dan tidak terjebak dalam kekerasan dan anarkisme,” ujar Din.

Sementara Ketua Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa, yang juga mantan Presiden, Abdurrahman Wahid, mengatakan, Islam menentang kekerasan. ”Ini bukan negara rimba, mau tidak mau harus ditangkap orang-orang itu.” Ia dalam kesempatan itu juga menyerukan agar Front Pembela Islam dibubarkan.

Sekretaris Jenderal Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) yang tergabung dalam AKKBB Masruchah sangat menyesalkan kekerasan yang dilakukan FPI terhadap para peserta apel akbar AKKBB. ”Kami diserang massa FPI yang membawa bambu dan botol, padahal sebagian besar dari kami terdiri dari perempuan dan anak-anak,” katanya.

Masruchah mengimbau, seluruh elemen masyarakat untuk menghentikan kekerasan dan mengedepankan diskusi dan perdebatan pemikiran yang sehat dalam menyelesaikan perselisihan.

Adapun Munarman, yang mengaku sebagai Komandan Laskar Islam mengatakan, pihaknya membubarkan aksi AKKBB dengan kekerasan karena AKKBB dianggap mendukung Ahmadiyah. Padahal, menurut Munarman, Ahamdiyah adalah organisasi kriminal.

Munarman juga menegaskan, ”Mengapa mereka mengadakan aksi mendukung organisasi kriminal. Mereka menantang kami lebih dulu. Jika tidak siap perang, jangan menantang.”

Setidaknya 12 peserta AKKBB terluka akibat kekerasan yang dilakukan FPI. Di antara yang terluka terdapat Direktur Eksekutif International Centre for Islam and Pluralism (ICIP) Syafii Anwar, Direktur Eksekutif The Wahid Institute Achmad Suaedi, dan pemimpin Pondok Pesantren Al-Mizan KH Maman Imanul Haq Faqih dari Majalengka.

Polisi akan tindak

Juru bicara kepresidenan Andi Mallarangeng menegaskan, Indonesia adalah negara hukum dan menjamin setiap warga Negara untuk menjalankan hak asasinya. Sebab itu, jika ada pelanggaran hukum seperti kekerasan, negara akan melindungi korban dan menindak pelaku kekerasan secara hukum. Menurut dia, tindakan hukum terhadap pelaku kekerasan akan dilakukan kepada siapa pun, tidak akan pandang bulu.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Abubakar Nataprawira menegaskan, Polri akan menindak tegas siapa pun yang melakukan kekerasan. ”Saya sudah bicara dengan Kepala Polres Metro Jakarta Pusat. Polri sedang mengumpulkan bukti-bukti merupakan rekaman video dari peristiwa kekerasan itu,” katanya.

Kepala Polres Jakarta Pusat Komisaris Besar Heru Winarko mengemukakan, terpecahnya massa AKKBB, atau banyaknya anggota AKKBB yang keluar dari rute yang seharusnya dilalui, menjadikan pengawalan polisi terbagi, sehingga aksi kekerasan yang terjadi pada mereka tidak dapat dicegah.

Sekretaris Jenderal Gerakan Pemuda Ansor Malik Haramain mengatakan, ”Jika pemerintah tidak segera membuktikan dapat bertindak tegas dengan memproses hukum para pelaku kekerasan, Ansor bersama elemen lain seperti Garda Bangsa akan membubarkan FPI.”

Ia menambahkan, pihaknya sudah mulai lelah mendengar pemerintah yang berulangkali berjanji akan bertindak keras terhadap kelompok seperti FPI, tetapi nyaris tanpa bukti.

Aksi kekerasan tersebut membuat para ulama, kiai dan sejumlah organisasi mahasiswa mengadakan pertemuan mendadak di Pondok Pesantren Khatulistiwa, Kempek, Kabupaten Cirebon, Minggu sore